~ Bertanya pada Luka ~

Istimewa

Luka hati
bagai tersayat sembilu
darah bergejolak
pedih
perih membakar kecewa
memicu segumpal amarah dalam jiwa

aaah… Luka mencipta derita serta angkara
Luka semakin menganga
mengapa manusia saling melukai?
apakah telah kehilangan nurani
padahal kita hanya menumpang disini
di planet bumi~

KedatanganNya

panasnya,
seperti hembusan-hembusan
tarian api
bergejolaknya,
seperti gemulai nada ambisi
napsu pada segala napsu
menguasai detak hari dan hati
namun, jika api membelah diri
sembunyi dicelah tumpukan
jelaga pun
tiada waktu lagi
membela diri
bila angin telah datang,
bersama sang hujan~

MALAM YANG TERSISA

langit masih seperti kemarin
adakah sisa malam menegurmu
atau adakah dedaunan berdendang
nyanyikan lagu kemenangan bagimu?

didalam kedalaman bisu
ada bocah terkapar
ada lelaki putus asa
ada wanita tanpa asa

hidup hanya sketsa kecil
dalam pantulan kaca
yang tak pernah dusta
tentang diri kita

mendung mengurung
dalam kubangan

tapak jelajah masa
dibalik hunian nan merindang~

DIMENSI LANGIT

Disana,
bukan tempat yang fana
bukan pula suatu tempat
bagi yang datang dan pergi

Ada taman disana
penuh keheningan
dalam ruang komunikasi hati
seperti telepati

pergilah ke dimensi langit
pada saat hati suram
lepaskan stress yang menggigit
hapus jiwa dari kelam

Sepi
belum tentu sunyi
’ego’ yang telah pergi
hati akan damai kembali..

CERITA SENYAP

rimba menyerpih
tanah kering meratapi ilalang
debu beterbangan
alam apakah ini?
yang tampak hanya tanah gersang
tak berujung

ada rindu terlukis didinding sukma
rindu teriakan anak-anak kecil
yang berlarian mengejar bola
yang rebutan boneka dari kain
hingga koyak
lalu saling menyalahkan

dalam kebekuan sunyi
nisan-nisan tanpa nama
mulai tertutup salju
hening membelenggu sukma
pada separuh cerita senyap
diujung malam

yang tampak hanya tanah gersang

tanah kering meratapi ilalang
debu beterbangan
alam apakah ini?

inikah masa depan anak cucu kita?
sedangkan alam pikir terlipat sudah.

Salju mencair

Matahari terlalu kuat panasnya
ia bagai sinar laser
yang menembus salju Himalaya
terseok kaki-kaki melangkah
tanpa pura-pura
mereka mengakui lemahnya manusia

Di tempat lain telah berkumpul
beberapa orang lainnya
di atas tebing berbatu
menanjak dan berliku
sulit ditempuh
kecuali kau memanjatnya

begitulah mimpi yang tersurat
kemarin malam
entah apa makna yang tersirat
sepasang suami istri membawaku

ke tempat itu bersama sekuntum bunga

aku hanyalah selembar daun
yang berteman dengan bunga ~

BERCAK MALAM (pandemi)

Sunyi yang membawa luka
ketika terdengar nama terurai
ribuan tangis menghias malam
pada deretan kematian
yang datang tiba-tiba

Panik mencengkeram  
dada dilumuri ketakutan
ada yang pasrah
ada yang tidak percaya
ada yang tidak mau tahu

Jalan menuju kematian
hanya hitungan detik
angin tak sempat iba
takdir tak mampu ditolak
langit pun terluka

Tangis pecah, darah membeku
di pembaringan
di trotoar jalanan
disudut hati anak-anak  
yang kehilangan

Matahari menyengat seharian
hingga senja datang
membawa bercak malam
menelan sepi yang menikam
pada kota mati sebelum pagi

Langit tak lagi melukis bintang
mimpi tiba-tiba menghilang
pada kecepatan cahaya 
ditikungan waktu
saat musim hujan datang

Adakah badai menanti disana?